Opo iku komunikasi antar manusia? Manusia ki wes mesti komunikasi, lha tapi kenopo isih sinau komunikasi antar manusia? opo iku? wah jan, ilmu ki saiki wes ono werno-werno yo, wong omongan wae kudu diperhatekno dipelajari. Waaaaah jaan, simak waelah, wedhusi!
Komunikasi
antar manusia adalah kajian ilmu komunikasi yang mempelajari tentang
tata cara komunikasi yang terjadi pada manusia lewat interaksinya.
Proses komunikasi kepada sesama manusia dapat dibedakan melaui dua
proses. Pertama, secara primer, dimana antara komunikator dengan
komunikan dalam berkomunikasi dapat bertatap muka secara langsung, tanpa
memakai media selain sandi, bahasa, dan udara. Kedua, komunikasi
sekunder yaitu proses komunikasi yang menggunakan bantuan media, massa
(cetak atau elektronik), non massa cetak (surat, fax) maupun non massa
elektronik (telepon), dan new media (internet).
Peta konsep tipe komunikasi antar manusia
1. KOMUNIKASI DASAR
Tipe
komunikasi dasar terjadi pada masa struktural, dimana menggunakan dasar
teori dari Harold Lasswell.
Tipe ini sudah pasti dipelajari karena menjadi dasar dalam
berkomunikasi. Langkah skema yaitu source membuat sebuah message.
Kemudian message tersebut dikirimkan dan diterima oleh receiver. Setelah
receiver menerima message, source akan mendapatkan flashback dari
message yang dikirimnya kepada receiver.
.
2. KOMUNIKASI TIMBAL BALIK Tipe ini dikemukakan pada masa pasca strukturalis. Pada tipe ini mulai dikenalkan dengan istilah encoding dan decoding. Encoding yaitu proses penyusunan sandi (message) yang dilakukan oleh komunikator. Jadi ini merupakan langkah sebelum terbentuknya sebuah message. Decoding adalah istilah untuk mengurai pesan yang dilakukan oleh komunikan. Ini merupakan kemampuan komunikan dalam mencerna pesan yang dikirim kepadanya.
Dalam
penjelasan skema ini sebagai berikut. Sender (A) memulai menyusun sandi
(encoding) dimana kumpulan sandi tersebut akan menjadi sebuah konsep
pesan (message 1). Kemudian pesan tersebut sebelum diterima oleh
receiver (B) secara otomatis receiver (B) akan menguraikan sandi
(decoding) tersebut. Pada arus komunikasi timbal balik pastinya B yang
awalnya sebagai receiver akan berganti peran sebagai source. Kemudian B
menyusun sandi (encoding) yang akan menjadi konsep pesan (message 2).
Pada proses encoding ini, seseorang menyusun sandi-sandi dipengaruhi
oleh dua hal, yaitu pertama adalah Frame of Reference atau yang dimaksud
dengan kerangka berfikir seseorang. Kemudian yang kedua adalah Field of
Experience atau yang dipahami sebagai bidang pengalaman seseorang. Jadi
dalam proses penyusunan pesan (message) diperlukan frame of reference
dan field of experience.
Lanjut ke dalam skema, setelah B menyusun sandi (encoding) dan mampu
membuat pesan (message 2) maka pesan ini pun akan diuraikan kembali
(decoding) oleh receiver (C). Dalam proses decoding tentunya receiver
(C) juga dipengaruhi oleh field of experience dan frame of reference.
Setelah pesan (message 2) sampai pada C (receiver), maka akan terjadi
dua kemungkinan.
Pertama akan terjadi Homophily, yaitu posisi dimana frame of reference
dan field of experience antara sender dengan receiver sama. Dan akan
dikatakan menjadi Heterophily apabila terjadi perbedaan frame of
reference dan field of experience antara receiver dengan sender. Apabila
dalam komunikasi menemui keadaan heterophily, maka membutuhkan sebuah
mediator untuk membantu kita dalam berkomunikasi.
Kembali ke dalam skema, jadi setelah pesan (message 2) sampai ke
receiver (C) maka untuk menimbulkan komunikasi yang berlanjut, antara
receiver dan sender harus mencapai titik yang dinamakan Overlapping of
Interest, yaitu titik temu kesamaan pola pikir (frame of reference) dan
pengalaman (field of experience) antara komunikator dengan komunikan.
Ketertarikan tersebut (overlapping of interest) dapat digambarkan dengan
ven, “semakin besar irisan tersebut, maka semakin besar ketertarikan
atau overlapping of interest”. Jadi dapat kita simpulkan bahwa dalam
arus timbal balik yang dicari adalah overlapping of interest, dimana itu
dapat diperoleh dari perpaduan field of experience dan frame of
reference.
3. KOMUNIKASI MEMUSAT
Tipe
komunikasi memusat tujuannya adalah untuk mencapai keberadaan
Pengertian Bersama (PB). Pengertian bersama ini yang kemudian menjadikan
sebuah Overlapping of Interest, jadi PB adalah posisi dimana field of
experience dan frame of reference antara kamunikator dengan komunikan
dapat berpadu.
Dalam skema dijelaskan bahwasanya melalui penafsiran sandi (decoding) A
yang kemudian disusun kembali (encoding) menjadi sebuah pesan (message1)
yang dikirimkan kepada B untuk ditafsirkan (decoding) terlebih dahulu.
Proses alur dalam komunikasi memusat ini terus seperti dalam skema
sehingga menemui titik PB (pengertian bersama). Dapat dikatakan dalam PB
merupakan kesimpulan dari proses kirim terima pesan tersebut. Dalam
meraih pengertian bersama (PB) dipengaruhi beberapa hal seperti
kepercayaan dan kesetujuan dari message. Hal yang dimaksudkan dalam
proses kepercayaan merupakan sebuah statement mempercayai message yakni
receiver mempercayai bahwa info yang diberikan kepadanya adalah benar
dan sah, disamping itu pada posisi sender memberikan informasi dengan
tulus dan kebenaran bersama. Kemudian dalam proses kesetujuan yang
dimaksut adalah dimana ada penafsiran yang mirip atau kesamaan
penafsiran, karena melalui persamaan ini akan dinyatakan kebenaran
sebuah pesan atau informasi.
Kenyataan dalam membentuk pengertian bersama (PB) antara lain adalah,
pertama kenyataan jasmani yaitu terjadi saat pengutaraan dalam menyusun
sandi (encoding) maka receiver akan mengamati pesan tersebut dengan
menggunakan bantuan panca indera. Kedua, kenyataan rohaniyah, yaitu
posisi dimana memusatkan konsentrasi untuk menafsirkan sebuah pesan,
menerapkan konsep untuk mengurai (decoding) pesan. Ketiga adalah
kenyataan sosial yang terjadi dalam pemahaman atau pengertian bersama.
Ini diposisikan apabila sudah terjadi statement antara sender dan
receiver mempercayai bahwa sandi-sandi tersebut adalah benar dan dapat
diraih kata ‘setuju’ terhadap penafsiran yang sama tersebut.
Jogjakarta, 5 Maret 2013 -Faruq Alhasbi
State Islamic University Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar