designpartner

welcome to our blog

you will need designpartner

Posts

Comments

Blogger

Blog Journalist

Connect With Us

Join To Connect With Us

Portfolio

    Posted by: Unknown Posted date: 2:04 PM / comment : 0


    Opo iku komunikasi antar manusia? Manusia ki wes mesti komunikasi, lha tapi kenopo isih  sinau komunikasi antar manusia? opo iku? wah jan, ilmu ki saiki wes ono werno-werno yo, wong omongan wae kudu diperhatekno dipelajari. Waaaaah jaan, simak waelah, wedhusi!



    Komunikasi antar manusia adalah kajian ilmu komunikasi yang mempelajari tentang tata cara komunikasi yang terjadi pada manusia lewat interaksinya. Proses komunikasi kepada sesama manusia dapat dibedakan melaui dua proses. Pertama, secara primer, dimana antara komunikator dengan komunikan dalam berkomunikasi dapat bertatap muka secara langsung, tanpa memakai media selain sandi, bahasa, dan udara. Kedua, komunikasi sekunder yaitu proses komunikasi yang menggunakan bantuan media, massa (cetak atau elektronik), non massa cetak (surat, fax) maupun non massa elektronik (telepon), dan new media (internet). Peta konsep tipe komunikasi antar manusia  

     1. KOMUNIKASI DASAR

    Tipe komunikasi dasar terjadi pada masa struktural, dimana menggunakan dasar teori dari Harold Lasswell. Tipe ini sudah pasti dipelajari karena menjadi dasar dalam berkomunikasi. Langkah skema yaitu source membuat sebuah message. Kemudian message tersebut dikirimkan dan diterima oleh receiver. Setelah receiver menerima message, source akan mendapatkan flashback dari message yang dikirimnya kepada receiver. . 


    2. KOMUNIKASI TIMBAL BALIK Tipe ini dikemukakan pada masa pasca strukturalis. Pada tipe ini mulai dikenalkan dengan istilah encoding dan decoding. Encoding yaitu proses penyusunan sandi (message) yang dilakukan oleh komunikator. Jadi ini merupakan langkah sebelum terbentuknya sebuah message. Decoding adalah istilah untuk mengurai pesan yang dilakukan oleh komunikan. Ini merupakan kemampuan komunikan dalam mencerna pesan yang dikirim kepadanya.
    Dalam penjelasan skema ini sebagai berikut. Sender (A) memulai menyusun sandi (encoding) dimana kumpulan sandi tersebut akan menjadi sebuah konsep pesan (message 1). Kemudian pesan tersebut sebelum diterima oleh receiver (B) secara otomatis receiver (B) akan menguraikan sandi (decoding) tersebut. Pada arus komunikasi timbal balik pastinya B yang awalnya sebagai receiver akan berganti peran sebagai source. Kemudian B menyusun sandi (encoding) yang akan menjadi konsep pesan (message 2). Pada proses encoding ini, seseorang menyusun sandi-sandi dipengaruhi oleh dua hal, yaitu pertama adalah Frame of Reference atau yang dimaksud dengan kerangka berfikir seseorang. Kemudian yang kedua adalah Field of Experience atau yang dipahami sebagai bidang pengalaman seseorang. Jadi dalam proses penyusunan pesan (message) diperlukan frame of reference dan field of experience. Lanjut ke dalam skema, setelah B menyusun sandi (encoding) dan mampu membuat pesan (message 2) maka pesan ini pun akan diuraikan kembali (decoding) oleh receiver (C). Dalam proses decoding tentunya receiver (C) juga dipengaruhi oleh field of experience dan frame of reference. Setelah pesan (message 2) sampai pada C (receiver), maka akan terjadi dua kemungkinan. Pertama akan terjadi Homophily, yaitu posisi dimana frame of reference dan field of experience antara sender dengan receiver sama. Dan akan dikatakan menjadi Heterophily apabila terjadi perbedaan frame of reference dan field of experience antara receiver dengan sender. Apabila dalam komunikasi menemui keadaan heterophily, maka membutuhkan sebuah mediator untuk membantu kita dalam berkomunikasi. Kembali ke dalam skema, jadi setelah pesan (message 2) sampai ke receiver (C) maka untuk menimbulkan komunikasi yang berlanjut, antara receiver dan sender harus mencapai titik yang dinamakan Overlapping of Interest, yaitu titik temu kesamaan pola pikir (frame of reference) dan pengalaman (field of experience) antara komunikator dengan komunikan. Ketertarikan tersebut (overlapping of interest) dapat digambarkan dengan ven, “semakin besar irisan tersebut, maka semakin besar ketertarikan atau overlapping of interest”. Jadi dapat kita simpulkan bahwa dalam arus timbal balik yang dicari adalah overlapping of interest, dimana itu dapat diperoleh dari perpaduan field of experience dan frame of reference.  

    3. KOMUNIKASI MEMUSAT

    Tipe komunikasi memusat tujuannya adalah untuk mencapai keberadaan Pengertian Bersama (PB). Pengertian bersama ini yang kemudian menjadikan sebuah Overlapping of Interest, jadi PB adalah posisi dimana field of experience dan frame of reference antara kamunikator dengan komunikan dapat berpadu. Dalam skema dijelaskan bahwasanya melalui penafsiran sandi (decoding) A yang kemudian disusun kembali (encoding) menjadi sebuah pesan (message1) yang dikirimkan kepada B untuk ditafsirkan (decoding) terlebih dahulu. Proses alur dalam komunikasi memusat ini terus seperti dalam skema sehingga menemui titik PB (pengertian bersama). Dapat dikatakan dalam PB merupakan kesimpulan dari proses kirim terima pesan tersebut. Dalam meraih pengertian bersama (PB) dipengaruhi beberapa hal seperti kepercayaan dan kesetujuan dari message. Hal yang dimaksudkan dalam proses kepercayaan merupakan sebuah statement mempercayai message yakni receiver mempercayai bahwa info yang diberikan kepadanya adalah benar dan sah, disamping itu pada posisi sender memberikan informasi dengan tulus dan kebenaran bersama. Kemudian dalam proses kesetujuan yang dimaksut adalah dimana ada penafsiran yang mirip atau kesamaan penafsiran, karena melalui persamaan ini akan dinyatakan kebenaran sebuah pesan atau informasi. Kenyataan dalam membentuk pengertian bersama (PB) antara lain adalah, pertama kenyataan jasmani yaitu terjadi saat pengutaraan dalam menyusun sandi (encoding) maka receiver akan mengamati pesan tersebut dengan menggunakan bantuan panca indera. Kedua, kenyataan rohaniyah, yaitu posisi dimana memusatkan konsentrasi untuk menafsirkan sebuah pesan, menerapkan konsep untuk mengurai (decoding) pesan. Ketiga adalah kenyataan sosial yang terjadi dalam pemahaman atau pengertian bersama. Ini diposisikan apabila sudah terjadi statement antara sender dan receiver mempercayai bahwa sandi-sandi tersebut adalah benar dan dapat diraih kata ‘setuju’ terhadap penafsiran yang sama tersebut.

    Jogjakarta, 5 Maret 2013 -Faruq Alhasbi
    State Islamic University Yogyakarta

    icon allbkg

    Tagged with:

    Next
    Posting Lebih Baru
    Previous
    This is the last post.

    Tidak ada komentar:

Comments

The Visitors says